Minggu, 18 Maret 2012

10 Lukisan Paling Terkenal Di Dunia

Lukisan terkenal menginspirasi rasa budaya dan sejarah. seniman terkenal seperti Van Gogh, Picasso, Vermeer, Renoir, Da Vinci, dan Monet telah memikat orang selama berabad-abad. Jika Anda mencari lukisan cat minyak populer, lihatlah ini daftar 10 teratas lukisan terkenal. 

1. Mona Lisa  oleh Leonardo Da Vinci

 Mona Lisa adalah lukisan yang fenomenal dari dulu hingga sekarang, lukisan ternama dan paling ikonik di seluruh jagat. Lukisan cat minyak di atas panel popular ini sempat hilang pada tahun 1911 sebelum ditemukan lagi selang dua tahun kemudian. Kini “Mona Lisa” tersimpan di Museum Louvre yang terletak di Paris Lukisan itu menunjukkan seorang wanita memandang penampil dengan apa yang sering digambarkan sebagai “senyum misterius”. Mona Lisa mungkin adalah bagian yang paling terkenal dalam sejarah seni; beberapa karya lain seni adalah sebagai romantis, merayakan, atau direproduksi.Semoga menambah wawasan kita semua.

2. Starry Night oleh Vincent Van Gogh

Starry Night merupakan lukisah terkenal dunia yang dibuat Vincent Van Gogh. Starry Night menggambarkan sebuah lukisan klasik yang memanggil emosi dari ketenangan di menara gereja ke alam bebas meninggalkan warna yang digunakan untuk langit malam itu. 

3. The Kiss oleh Gustav Klimt

Gustav Klimt, master Vienna melukis lukisan Kiss pada tahun 1907. Lukisan ini menggambarkan kekasih yang dikelilingi oleh selimut emas dan ornamen berbagi saat gairah geser, lukisan ciuman yang sempurna. 

4. Luncheon of the Boating Party oleh Pierre Auguste Renoir

Lukisan Luncheon of the Boating Party ini menggambarkan sekelompok teman Renoir’s bersantai di balkon sepanjang Sungai Seine. Dalam lukisan ini Renoir telah menangkap sukacita dari kelas pertengahan akhir abad ke-19 Prancis, ini adalah lukisan hidup yang membawa kebahagiaan dan kegembiraan ke setiap ruangan.

5. Girl with a Pearl Earring oleh Jan Vermeer

Lukisan karya Jan Vermeer ini menggambarkan foto diri seorang gadis, uang diasumsikan hendak melangsungkan pernikahan. Titik pandangan lukisan ini terletak pada permainan warna di latar lukisan dan di bagian anting telinga. Saking populernya “Girl with a Pearl Earring sering disandingkan dengan “Mona Lisa” karya Leonardo Da vinci. Lukisan ini bahkan mendapat julukan “Mona Lisa of the north” atau “The Dutch Mona Lisa”. Saat ini, lukisan ini tersimpan di The Maurtshuis in The Hague..

6. Café Terrace at Night oleh Vincent Van Gogh

Dalam lukisan berjudul “Cafe Terrace at Night”, Vicent Van Gogh memamerkan kehangatan warna dan kedalaman perspektif dari kafe Aries pada pertengahan September 1888. Kini, kafe yang terletak di Perancis ini disebut dengan nama kafe van Gogh. “Cafe Terrace at Night” juga disebut dengan nama “the Cafe Terrace on the Place du Forum”. Mski tidak dibubuhi tandatangan sang pelukis, van Gogh beberapa kali menyebut lukisan  ini dalam surat-suratnya. Tak ada yang meragukan keabsahan lukisan ini sebagai buah karya dari van Gogh. Saat ini, “cafe Terrace at Night” disimpan di Museum Kroller-Muller di otterlo, Belanda.

7. Corner of the Garden at Montgeron oleh Claude Monet

Lukisan ini terkenal oleh Monet awalnya diciptakan pada tahun 1877. Monet dikenal sebagai impresionis klasik. Di Sudut Taman di Montgeron, Monet telah menangkap sifat yang selalu berubah cahaya dan warna.

8. The Dream oleh Pablo Picasso

Pablo Picasso memelopori gerakan seni modern disebut Kubisme dan secara luas diakui sebagai artis yang paling penting dari abad ke-20. Pablo Picasso merupakan pelukis yang pertama kali mengenalkan Cubism, sebuah aliran seni modern. Ia juga dianggap sebagai sosok seniman paling berpengaruh sepanjang abas 20. Salah satu lukisan Pablo yang terkenal yaitu Le Reve (The Dream dalam bahasa Perancis) yang ia buat pada tahun 1932. Sosok wanita dalam lukisan minyak dengan media kanvas berukuran 130 cm x 97 cm ini tak lain adalah kekasih Pablo. 

9. The Persistence of Memory oleh Salvador Dali

Mungkin lukisan paling terkenal oleh Salvador Dali, The Persistence of Memory diciptakan pada tahun 1931 dan sekarang ditampilkan di Museum of Modern Art di New York City. Dali memperkenalkan arloji saku lebur dalam lembaran ini. Anda juga bisa melihat sosok manusia di tengah lukisan.

10. From the Lake oleh Georgia O’Keeffe

Georgia O’Keefe menghabiskan hari-harinya di Danau George, New York pada awal 1900-an, yang telah mengilhami banyak karyanya. Lukisan ini menampilkan gelombang lembut dan riak Danau George.


Kunci Surga Itu Bernama Kesetiaan

Pada suatu hari, Fathimah Radhiyallahu ‘anha (RA) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapakah perempuan yang akan masuk surga pertama kali. Rasulullah menjawab, ”Seorang wanita yang bernama Mutiah.”
Tentu saja Fathimah terkejut. Ternyata bukan dirinya, seperti yang dibayangkannya. Mengapa orang lain, padahal dia adalah putri Nabi?
Timbullah keinginan untuk mengetahui siapakah Mutiah itu. Apa gerangan yang diperbuatnya sampai mendapat kehormatan yang begitu  tinggi?
Sesudah meminta izin kepada suaminya, Ali bin Abi Thalib RA, Fathimah berangkat mencari rumah Mutiah. Putranya yang masih kecil, Hasan, menangis ingin ikut. Maka digandengnya Hasan.
Tiba di depan rumah yang dituju, Fathimah mengetuk pintu, “Assalaamu’alaikum…!”
“Wa’alaikumsalaam. Siapa di luar?” terdengar jawaban dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.

“Saya Fathimah, putri Rasulullah.”
“Alhamdulillah, alangkah bahagia saya hari ini. Fathimah sudi berkunjung ke gubug saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam, terdengar lebih gembira, dan makin mendekat ke pintu.
“Sendirian Fathimah?” tanya Mutiah.
“Aku ditemani Hasan.”
“Aduh, maaf ya,” suara itu seperti menyesal. “Saya belum mendapat izin untuk menemui tamu laki-laki.”
“Tapi Hasan masih kecil.”
“Meski kecil, Hasan laki-laki. Besok saja datang lagi, saya akan minta izin kepada suami saya.”
Sambil menggeleng-nggelengkan kepala, Fathimah akhirnya minta permisi.
Besoknya ia datang lagi. Kali ini Husain, adik Hasan, diajak juga. Bertiga dengan anak-anak yang masih kecil itu, Fathimah mendatangi rumah Mutiah.
Setelah memberi salam dan dijawab gembira, Mutiah bertanya dari dalam, “Jadi dengan Hasan? Suami saya sudah memberi izin.”
“Ya, dengan Hasan dan Husain.”
“Ha! Mengapa tidak bilang dari kemarin? Yang dapat izin cuma Hasan, Husain belum. Terpaksa saya tidak bisa menerima juga.”
Lagi-lagi Fathimah gagal bertemu.
Esok harinya barulah mereka disambut baik-baik oleh Mutiah. Keadaan rumah itu sangat sederhana. Tidak ada satu pun perabot mewah, namun semuanya teratur rapi.
Ada tempat tidur yang terbuat dari kayu kasar namun tampak bersih. Alasnya putih, agaknya baru dicuci. Bau di dalam sangat segar. Membuat orang betah tinggal berlama-lama.
Fathimah kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu. Hasan dan Husain pun yang biasanya kurang begitu senang berada di rumah orang, kali ini tampak asyik bermain-main.
“Maaf, saya tidak bisa menemani Fathimah duduk, sebab saya sedang menyiapkan makan buat suami saya,“ kata Muthiah sambil sibuk di dapur.
Mendekati tengah hari, masakan itu sudah rampung. Mutiah menatanya di atas nampan. Juga, menaruh cambuk.
Fathimah bertanya, ”Suamimu kerja di mana?”

“Di ladang.”
“Penggembala?”
“Bukan. Bercocok tanam.”
“Tapi mengapa kau bawakan cambuk, untuk apa?”
“Oh, itu,” Mutiah tersenyum. “Cambuk itu saya sediakan untuk keperluan lain.”
Fathimah penasaran.
“Maksud saya begini. Kalau suami saya sedang makan, maka akan saya tanyakan apakah cocok atau tidak. Kalau dia bilang cocok, tak akan terjadi apa-apa. Tetapi kalau bilang tidak cocok, cambuk itu akan saya berikan kepadanya agar punggung saya dicambuk sebab tidak bisa menyenangkan hati suami.”
“Atas kehendak suamimukah kau bawa cambuk itu?”
“Oh, sama sekali tidak. Suami saya adalah orang yang lembut dan pengasih. Ini semua semata-mata kehendak saya agar jangan sampai saya menjadi istri yang durhaka kepada suami.”
Usai mendengar penjelasan ini, Fathimah minta permisi. Dalam hati ia berkata, pantas ia akan masuk surga buat pertama kali. Baktinya kepada suami begitu besar dan tulus.
 

Kesetiaan yang Bersejarah
Bukan berarti Fathimah tidak termasuk tipikal wanita yang setia terhadap suaminya. Kesetiaan dan ketaatan buah hati Rasulullah ini kepada suami tidak diragukan lagi. Kehidupan rumah tangganya serba kekurangan, nemun kesetiaannya yang didasari keimanan dan perjuangan syiar Islam tidak luntur walau sedebu. Darah kesetiaan nampaknya mengalir deras dari ibundanya, Khadijah RA, Muslimah pertama yang mempelopori kecintaan dan kesetiaan kepada suami.
Mari kita kenang kembali peristiwa yang sungguh mendebarkan jantung Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم). Peristiwa itu ialah penerimaan wahyu yang pertama di Gua Hira.
Sekembalinya ke rumah, Nabi berkata kepada istrinya yang tercinta, “Aku merasa khawatir terhadap diriku.”
Saat itu Khadijah dengan segala kelembutannya berkata, “Wahai Kakanda, demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu karena sesungguhnya Kakanda adalah orang yang selalu memupuk dan menjaga kekeluargaan, serta sanggup memikul tanggung jawab.
Kakanda dikenali sebagai penolong kaum yang sengsara, sebagai tuan rumah yang menyenangkan tamu, ringan tangan dalam memberi pertolongan, senantiasa berbicara benar dan setia kepada amanah,” tuturnya.
Apakah ada wanita lain yang dapat menyambut sedemikian baik peristiwa bersejarah yang berlaku di Gua Hira seperti yang dilakukan oleh Khadijah? Betapa besarnya kepercayaan (kesetiaan) dan kasih sayang seorang istri kepada suami yang dilandasi iman yang teguh. Sedikit pun Khadijah tidak berasa ragu-ragu di dalam hatinya.
Jika ada wanita yang berkurang kadar kesetiaannya karena alasan penghasilan dan kekayaan, maka Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal. Beliau wanita yang hidup mewah dengan hartanya sendiri. Namun semua itu dengan rela dikorbankannya untuk memudahkan tugas-tugas suaminya. Baginya, apa yang dimiliki tidak lebih mulia daripada mendukung misi suci yang diemban suaminya. Sikap inilah yang menjadi sumber kekuatan rumah tangga Rasulullah sepanjang kehidupan mereka bersama.
Khadijah begitu setia menyertai Nabi dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira, beliau pasti menyiapkan segenap perbekalan dan keperluan. Seandainya Rasulullah agak lama tidak pulang, Khadijah akan mengunjungi untuk memastikan keselamatan suaminya tercinta.

Ketika Rasulullah khusyu’ bermunajat, Khadijah tinggal di rumah dengan sabar sehingga suaminya pulang. Apabila Nabi mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, istri teladan ini mencoba sedapat mungkin menenteramkan dan menghiburnya sehingga suaminya benar-benar merasakan ketenangan.
Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam banyak kegiatan peribadatan Rasulullah, Khadijah pasti bersama dan membantu, misalnya menyediakan air untuk mengambil wudhu.

Kecintaan dan kesetiaan itu bukan sekadar kepada suami, namun jelas berlandaskan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah. Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keridhaan Allah.
Allah Maha Adil dalam memberi rahmat-Nya. Setiap amalan yang dilaksanakan makhluk-Nya dengan penuh keikhlasan, pasti mendapat ganjaran yang berkekalan.

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Allah berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97).
Janji Allah itu pasti benar. Wujud kesetiaan yang telah ditunjukkan oleh Mutiah, Fathimah, dan juga Khadijah bukan sekadar menghasilkan kekuatan yang mendorong kegigihan dan perjuangan suaminya, namun juga membawa barakah yang besar kepada rumah tangga mereka. Anak-anak yang lahir dari wanita-anita seperti ini adalah anak-anak yang shalih yang mendorong para orangtua menuju surga.
Kalaulah di zaman sekarang ini ada anggapan bahwa kesetiaan di atas merupakan lambang perbudakan pria kepada wanita, jelas itu tidak benar. Justru sebaliknya, itu merupakan cermin cinta, ketulusan, dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan perilaku yang sama dalam rangka mencari ridha-Nya.*